1765. Asing Yang Tidak Tergantung Kita

03-09-2025

Sejak sebelum kemerdekaan sampai sekarang ini, ‘yang luaran’ itu akan selalu ‘merecoki’ republik, seakan memang tidak tergantung kita lagi. Mau kita lihat sambil koprol atau kayang-pun tetap itu tidak tergantung pada kita. Menjadi merdeka adalah membuat ranah yang memberikan kemungkinan apa-apa yang tergantung pada kita bisa diupayakan bersama. Maka narasi -katakanlah begitu, sebelum kemerdekaan di tangan dan setelah di seberang jembatan emas mestinya akan berbeda ketika bicara ‘yang luar-luar’ itu. Bukan karena ‘yang luar’ berhenti ‘mengganggu’ tetapi karena apa-apa yang tergantung kita itu sungguh perlu per-hati-an lebih. Tidak jauh dari apa kata Maciavelli ketika bicara soal keberuntungan dalam kekuasaan. Keberuntungan yang seakan mau-maunya semesta itu bisa dibayangkan sebagai separuh nasib dari orang tertentu. Atau peristiwa tertentu. Separuhnya? Machiavelli bicara soal virtue, terutama terkait timbang-menimbang dalam membangun respon terhadap situasi yang terus berkembang. Kita mungkin mendapat keberuntungan di tengah-tengah chaos, tetapi untuk membangun ‘kosmos’ itu tergantung kita. Pelajaran hari-hari ini adalah pelajaran dimana ada yang begitu yakin keberuntungan tetap melekat pada diri (selamanya), lupa membangun ‘kosmos’ ketika situasi terus berubah. Maka yang terjadi adalah chaos yang terus membayang dan tersembunyi, yang hari-hari ini meledak secara telanjang.

Matahari kembar seperti sudah diperingatkan oleh SBY adalah peringatan terhadap kemungkinan retaknya ‘kosmos’. Sik-kembaran itu memang sudah ndableg, sudah begitu yakin bahwa keberuntungan akan selalu melekat dalam dirinya, di lain pihak bertahun yang dijalaninya dapat dilihat dengan telanjangnya bagaimana ia meminggirkan timbang-menimbang secara telak. Tak mengherankan seakan ia selalu saja membawa potensi chaos di dalam tas jinjing kesayangannya. Dibawa kemana-mana. Sadar atau tidak. Bahkan bertahun apa yang dilakukan dalam mengacak-acak ‘kosmos’ republik menampakkan diri seakan ia sedang membangun ‘rejim pembuka kotak Pandora’ saja. Hasilnya? Salah satunya adalah korupsi merebak dalam keluasan dan jumlah yang tak terbayangkan sebelumnya. Belum hancurnya bermacam lembaga yang bisa saja itu sebenarnya adalah bagian penyangga dari ‘kosmos’ republik.

Apa yang mau dikatakan di sini adalah, ‘pemimpin’ yang sibuk merawat keberuntungan diri dan lupa menjaga ‘kosmos’ dihadapan situasi yang terus berubah, ia mempunyai potensi besar untuk bersekutu dengan ‘chaos’, termasuk chaos yang dibawa oleh ‘yang luar-luar’ itu, persis seperti sebelum jembatan emas terbangun. ‘Yang luar-luar’ itu, yang terus saja akan ‘merecoki’ republik -dari arah manapun anginnya berembus, tiba-tiba saja akan menemukan ‘sekutu potensial’nya. Sekutu yang sama-sama ada dalam dataran chaos. Itulah hal kedua dari peringatan SBY terkait dengan ‘matahari kembar’ yang akan berujung retaknya ‘kosmos’ republik itu.

Hal ketiga adalah apa yang disebut ‘kosmos’ itu bukanlah sebuah ‘harmoni tenang-tenang saja’, tetapi jika memakai istilah si-Bung, ia penuh dengan romantika, dinamika, dan dialektikanya -kadang disingkat sebagai rodinda. Semestinya. Atau kalau kita memakai alur Machiavelli terkait keberuntungan di atas, keberuntungan itu adalah soal romantika, sedang separuh yang semestinya dijalani dengan virtue, itulah dinamika dan dialektika. Sik-kembaran bertahun-tahun bisa dilihat lebih sibuk dalam romantika, bahkan bisa dikatakan juga ‘sihir’. Yuniornyapun demikian, lihat bagaimana drama bertemu dengan ‘perwakilan ojol’ dan bagi-bagi sembako hari-hari ini. Sama sekali tidak menampakkan diri sebagai yang trampil dalam ber-dinamika dan berdialektika. Tetap saja mainnya sebatas romantika. Adanya kembaran itu membuat dinamika dan dialektika menjadi ‘tidak fokus’, bahkan bisa-bisa ‘salah kostum’, dengan terjebak dalam romantisme anti-asing, misalnya. Maka bagi republik hari-hari ini, adalah penting untuk (segera) menyingkirkan sik-matahari kembar itu. Selain karena kebiasaan buruk yang digendongnya, yang lebih utama adalah supaya bisa menjadi lebih fokus untuk ber-dinamika dan ber-dialektika itu. Kritik bisa langsung ‘tepat sasaran’, misalnya. *** (03-09-2025)